Museum Fatahillah Dulunya Kantor Administrasi Kota Batavia.



 JAKARTA - Di Jalan Taman Fatahillah No. 1, Jakarta Barat, pada tahun 1620, Belanda membangun kantor pemerintah atas perintah Gubernur Jan Pieterszoon Coen. Balai kota atau yang sebelumnya bernama Stadhius, telah mengalami beberapa renovasi karena kontur geografis yang sulit. Pada 1710, bangunan ini secara resmi diresmikan oleh Gubernur Jenderal Abraham van Riebeeck dan berfungsi sebagai kantor administrasi kota Batavia.

Balai kota Belanda yang menyerupai Istana Dam di Amsterdam juga menampilkan alun-alun yang disebut Stadhuisplein. Di tengahnya adalah air mancur yang digunakan oleh warga sebagai satu-satunya sumber air pada waktu itu.

Bangunan menawan ini, sekarang disebut Museum Sejarah Jakarta atau Museum Fatahillah, bersama dengan air mancur di tengahnya, telah menyaksikan kekejaman kolonialisme ketika sekelompok tahanan, baik pemberontak Belanda dan penduduk asli Indonesia, disiksa dan dieksekusi di depan mata. dari seluruh komunitas.

Pada tahun 2014, atas perintah Gubernur Joko Widodo, revitalisasi area Kota Tua (Kota Tua) termasuk Museum Fatahillah diluncurkan. Adalah inisiatifnya untuk memulihkan bangunan dan melestarikan sejarah yang terletak di dalam dan di sekitar.

Seiring waktu, Unit Manajemen Area Kota Tua terus bekerja memperbaiki bangunan, termasuk Museum Sejarah Jakarta, untuk menarik pengunjung. Mereka merekonstruksi bangunan-bangunan dengan hati-hati untuk menjaga aspek historis dalam pikiran.
Pemerintah tidak hanya fokus pada pemulihan balai kota bekas Belanda yang megah, tetapi mereka juga berusaha untuk melestarikan bangunan. Oleh karena itu, aspek bersejarah akan tetap ada meskipun bangunan itu telah berdiri selama sekitar tiga abad.

Sebagai hasil dari restorasi, Sejarah Museum Jakarta masih mempertahankan keindahan kemiripan Istana Dam. Upaya pemerintah untuk merayu pengunjung juga mendapat umpan balik positif dari masyarakat.

Saat ini, selalu ada wisatawan lokal dan asing yang berkunjung setiap hari. Beberapa hanya masuk untuk beristirahat atau nongkrong, sementara yang lain mengambil gambar bangunan bersejarah.

Manajemen Area Kota Tua mampu menarik banyak pengunjung berkat gaya bangunan yang terlihat kuno namun menawan. Selain Museum Sejarah Jakarta, ada juga beberapa bangunan bersejarah dengan arsitektur yang sama indahnya, seperti Museum Bank Indonesia, Museum Seni Rupa dan Keramik, dan Museum Wayang.

Banyak pengunjung, dari remaja hingga kelompok wanita paruh baya, mengklik foto di depan bangunan ikonik ini. Sebagian besar dari mereka adalah generasi muda dan muda, berburu foto untuk kemudian diunggah di media sosial. Salah satunya adalah Zahra (21), seorang turis lokal dari Madiun, Jawa Timur.

"Ada banyak bangunan tua di sini. Rasanya seperti aku ada di sana, terjebak di masa lalu," katanya.
Dia juga menambahkan bahwa daerah Kota Tua memiliki bangunan menarik lainnya yang sudah lama dibangun, maka dia ingin mengambil gambar. “Bintik-bintik ini indah secara estetika. Instagrammable, ”lanjutnya.

Pandangan lain datang dari Komariah (17), seorang siswa sekolah menengah dari Bekasi, Jawa Barat. Meskipun dia tidak mengambil foto, dia masih menikmati waktu luangnya dengan teman-teman.
“Ini adalah kedua kalinya saya mengunjungi Kota Tua. Saya suka suasana gedung-gedung tua, ”katanya.

Popularitasnya tidak hanya di kalangan milenium, beberapa turis lokal yang lebih tua juga menikmati pemandangan. Hans (73) dari Manado, Sulawesi Utara, mengaku sangat menyukai tempat ini.
“Saya bisa merasakan suasana masa lalu. Saya pikir akan menyenangkan jika ada beberapa pertunjukan seni seperti wayang, ”katanya.

Dia juga menambahkan bahwa mengambil foto adalah alasan kedua untuk mengunjungi Museum Fatahillah. "Mengambil foto adalah alasan nomor dua, karena aku bisa memamerkannya kepada orang-orang bahwa aku pernah ke Kota Tua saat itu," lanjutnya.

Pendapat serupa datang dari Yunita (50), seorang turis lokal dari Malang, Jawa Timur. Dia mengatakan bahwa bangunan masih terlihat kuno dan indah.
“Ini adalah kedua kalinya saya berkunjung ke Kota Tua, namun saya menyukainya,” akunya.
Selain mengambil gambar bangunan, orang juga dapat memperoleh pengetahuan dengan mengunjungi Museum Fatahillah, yang merupakan wajah baru balai kota Belanda. Museum Sejarah Jakarta menjadi pusat koleksi untuk semua jenis benda bersejarah yang berkaitan dengan sejarah Jakarta.

Sekitar 23.500 benda disimpan dengan aman, beberapa asli dan beberapa replika, tetapi hanya 500 ratusan yang ditampilkan. Misalnya, ada replika Prasasti Tugu dari Tarumanegara.

Museum ini dibagi menjadi beberapa kamar: Ruang Prasejarah Jakarta, Ruang Tarumanegara, Ruang Jayakarta, Ruang Fatahillah, Ruang Sultan Agung, dan Ruang M H Thamrin.

Ruang pamer ini mewakili masing-masing berkala. Penjara bawah tanah yang pernah digunakan untuk tahanan juga ditampilkan. Ini adalah tempat yang baik untuk dikunjungi ketika orang ingin belajar tentang sejarah Jakarta dan kolonialisme.

Selain itu, Kawasan Wisata Kota Tua juga memiliki komunitas seperti komunitas karakter. Mereka berpakaian seperti pahlawan nasional, seperti R. A. Kartini dan Jenderal Soedirman. Ide karakter seperti mereka berkeliaran di daerah Kota Tua menghidupkan suasana bersejarah juga.
Ada juga komunitas untuk sepeda tua bernama "Paguyuban Onthel", yang dapat disewa orang dan bersepeda selama satu jam. Sepeda-sepeda itu mirip dengan yang lama yang dulu sering dikendarai oleh orang-orang. Harganya hanya sekitar Rp 20.000 (sekitar 1,5 dolar AS).

Unit Manajemen Area Kota Tua telah melakukan pekerjaan besar dalam melestarikan bangunan. Selain tujuan pendidikan, tempat ini juga berfungsi sebagai tempat wisata di mana orang dapat menikmati pemandangan dan mendapatkan pengetahuan tentang sejarah Jakarta dan kolonialisme.

Post a Comment

1 Comments

Monika Zawadzka said…
Super wpis. Pozdrawiam